Jumat, 22 Januari 2021

PULAI SEBATANG - BUKIT INDAH

 Aku sedikit merasa heran ketika dalam perjalanan pulang dari D1 di Pulai Sebatang berpapasan dengan mobil-mobil pasar yang penuh dengan muatan penumpang. Apalagi ini selepas magrib dan menjelang Isa. Setahu saya tidak ada mobil pasar yang beoperasi di malam hari.  “ Ada apa ini?” tanya saya dalam hati. “Apa mungkin mereka mau pergi ke Pasar malam”, saya coba menerka dengan kejadian yang saya saksikan saat itu. Sebab memang sudah beberapa malam di lapangan sepak bola D1 yang letaknya tidak jauh dari Pulai Sebatang sedang ada Pasar Malam. Tapi terkaan itu tidak serta merta menghilangkan rasa keheranan saya.

Semakin jauh meninggalkan Pulai Sebatang justru keheranan saya makin bertambah seiring bertambahnya keramaian jalanan oleh kendaraan yang mengarah ke D1 yang penuh sesak oleh penumpang. Untuk menghilangkan rasa penasaran saya coba berhenti dan menghampiri kendaraan yang sedang berhenti menunggu penumpang dari sebuah rumah yang  ada di pinggir jalan. Terdengar riuh suara penumpang yang sudah tak sabar ingin agar mobil segera berangkat. Sepertinya penumpang di mobil tidak sedang dalam keadaan senang, sepertinya mereka sedang ada dalam rasa ketakutan atau kekhawatiran. Bahkan ketika saya menanyakan “ada apa?”, tak satupun dari orang yang ada di kendaraan itu yang coba menjawab pertanyaan saya, mereka seolah tak perduli dengan pertanyaaan yang saya ajukan. Memang pertanyaan saya pun nggak jelas ditujukan kepada siapa, tapi yang jelas saya berharap salah satu diantara mereka ada yang menjawab sehingga saya tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Membaca situasi dan kondisi yang ada di kendaraan itu membuat rasa penasaran saya yang sedari tadi mengalir sepanjang perjalanan berubah menjadi rasa khawatir. Saya membaca nya ada hal buruk yang sedang terjadi, tapi entah ada kejadian apa, saya tidak berani menebak. Saya menjadi benar-benar ingin segera sampai di rumah. Saya khawatir anak dan istri saya di rumah juga sedang merasa ketakutan seperti halnya orang-orang yang saya jumpai di atas kendaraan tadi. Saya pacu motor sekuat-kuatnya,  dan sepertinya saya pun sudah ikut larut dalam situasi jalanan serta ikut merasakan seperti yang dirasakan oleh orang-orang  yang ada dijalanan saat ini, yaitu rasa takut dan khawatir.

Sesampainya dijembatan Ketahun saya menatap ke atas bukit yang ada didepan. Yah, di atas bukit itulah saya dan keluarga tinggal saat itu. Dari sini nampak banyak kendaraan khusunya motor sedang menaiki bukit itu. Melihat keadaan itu saya semakin merasa khawatir atas anak dan istri dirumah.

Kini saya pun sudah menaiki bukit itu. Sesampainya di atas saya melihat pintu gerbang sekolah terbuka dan ternyata dilapangan sekolah itu banyak orang berkumpul. Bahkan sudah ada tenda yang terpasang. Saya belokkan motor ke kanan ke arah dimana saya tinggal. Nampak dari jalan, ternyata di area  itu juga sudah rame, banyak kendaraan motor dan orang berlalu lalang. Di rumah juga nampak banyak orang. “ada apa yah ini?”, saya bertanya lagi dalam hati. “Kok begitu cepatnya jadi seramai ini. Padahal tadi ketika saya meninggalkan rumah beberapa saat setelah sholat maghrib untuk membeli beberapa kebutuhan di D1 tidak ada keadaan seperti ini”.

 Di atas bukit ini biasanya memang sepi. Tidak banyak orang tinggal di sini. Hanya saya dan teman sebelah rumah, ada beberapa anak-anak yang tinggal di mess,lalu ada kepala sekolah, serta ada penjaga sekolah. Apalagi kalau hari libur, tempat ini semakin sepi saja, sebab anak mes biasanya pada pulang ke rumahnya masing-masing, meskipun kadang  satu dua anak tetap berada di mess.

Sampai juga akhirnya saya di rumah. Ternyata di rumah sudah kedatangan Pak Haryono serta anak istrinya. Pak Haryono adalah salah satu guru di SMPN Ketahun. Cerita punya cerita akhirnya terungkaplah kenapa di atas bukit ini jadi ramai. Juga tadi dijalanan kenapa begitu ramai dan terburu-buru serta oarang-orang  seperti katakutan.

Yah saya beru teringat, kalau tadi sore antara waktu ashar dan maghrib telah terjadi gempa. Kencang juga terasa saat itu. Gempa memang merupakan kejadian alam yang sering terjadi di wilayah Bengkulu serta wilayah-wilayah lain yang berdekatan dengan Bengkulu. Menurut cerita, beberapa saat setelah gempa terjadi, ada warga yang melihat air laut di pantai Ketahun mengamalami surut. Lalu ia mengabarkan keadaan air laut itu kepada warga lainnya hingga kabar itu beredar dan berkembang begitu cepat dikalangan warga. Warga sepertinya langsung termakan oleh kabar itu. Apalagi belum lama ini telah terjadi gempa dan tsunami yang dahsyat yang menguncang Aceh.  Berita dahsyatnya gempa dan tsunami Aceh hampir setiap hari menghiasi berita di layar kaca. Rasa khawatir dan takut apa yang terjadi di Aceh terjadi juga di Ketahun, maka warga akhirnya berhamburan untuk mengungsi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar