Menjelang 2017
aktu itu kami berangkat selepas shalat subuh. Menurut Perhitungan,
meski kami berangkat selepas subuh kami perkirakan masih memiliki waktu yang cukup
untuk sampai di Bandara sesuai dengan jadwal.
Namun sangat disayangkan, dalam perjalanan waktu itu mengalami sedikit
kemacetan. Ditambah lagi dengan mulai beroperasinya terminal baru di Bandara membuat
rute perjalanan menjadi bertambah panjang karena bis harus masuk ke semua
terminal, termasuk terminal baru itu. Alhasil kami sampai di bandara dengan
waktu yang mepet dengan jadwal penerbangan.
Begitu turun dari bis, dengan terburu-buru kami langsung menuju ruang check in. Setelah melalui tahapan pemeriksaan, kamipun
sudah berada di dalam ruang check in. Namun sangat disayangkan, ternyata hampir
semua loket check in penuh dengan antrian calon penumpang.Terpaksa saya pun
masuk ke salah satu jalur antrian. Lama sekali menungu, saya mulai resah
mengingat waktu yang sudah mendekati jadwal penerbangan. Saya coba lihat-lihat
jalur yang lain, kalau-kalau ada yang lebih pendek antriannya. Yah saya lihat
ada jalur yang lebih pendek disebelah sana, saya coba menyelinap diantara calon
penumpang lainnya untuk menuju antrian itu. Yap, berhasil. Kini saya sudah
berada diantrian yang jauh lebih pendek. Tapi, yah ternyata lama juga. Ternyata
ada hal lain yang membuat lama mengantri. Bukan hanya banyaknya calon penumpang
ternyata, tapi juga prosesnya yang membuat lama. Waduh semakin resah saja.
Akhirnya tibalah saatnya giliran saya untuk melakukan
check in. Sedikit lega ketika sudah berada di depan petugas check in. Tiket dan
KTP saya serahkan dengan petugas. Setelah diterima dan dibaca tiketnya,
tiba-tiba petugas itu berteriak memanggil temannya yang sedang berada diantara
banyaknya calon penumpang. “Ini nih tujuan Bengkulu”, teriak petugas itu kepada
temannya sambil menunjuk ke arah saya. Temannya yang dipanggil itu pun datang
menghampiri lalu mengambil tiket saya dan mengajak saya ke luar jalur antrian
itu. “ Tadi kan sudah disampaikan lewat pengeras suara untuk jalur Bengkulu
untuk segera berpindah ke loket sekian (maaf lupa)”, katanya.
“maaf saya tidak fokus ke suara”, jawab saya. “ saya tadi lebih fokus menunggu
antrian”, sambung saya. Petugas itu kemudian sibuk berkomunikasi dengan petugas
lain melalui perangkat komunikasi khusus. Sesaat kemudian dia menyampaikan
bahwa pesawatnya sudah siap berangkat dan tidak bisa lagi menunggu penumpang.
“terus bagaimana?”, tanya saya. “Sebentar bapak tunggu di sini, saya akan coba
bantu bapak. ”, jawab dia. Lalu dia memasuki salah satu pintu diantara deretan
pintu yang ada di ruangan check in.
Sambil menunggu petugas itu kembali keluar, saya
menghampiri istri dan anak-anak dan megabarkan bahwa pesawatnya sudah
berangkat. Lalu saya mengajak mereka menuju tempat tadi saya diminta menunggu.
Tak lama kemudian petugas itu keluar dari dalam ruangan dan mengajak saya ke
sebuah ruangan lain yang letaknya agak jauh dari kerumunan calon penumpang yang
sedang antri check in. Sebelum pergi mengikuti petugas itu saya minta istri dan
anak-anak untuk mengikuti dari belakang
dan berpesan untuk menjaga barang bawaan.
Sesampainya di sebuah ruangan saya dipersilahkan
duduk dan diminta menunggu. Sementara petugas yang mengajak saya tadi memasuki
sebuah pintu dalam ruangan itu. Lama juga saya harus menunggu. Rasa khawatir mulai
menghinggapi rasa ini. Saya khawatir kalau-kalau tidak bisa melanjutkan
perjalanan hari ini. Bagaimana tidak, untuk persiapan keberangkatannya saja
sudah cukup panjang dan menguras energi, belum saat perjalanannnya yang juga
cukup melelahkan. Kalau misalnya tidak bisa berangkat hari itu berarti kami
harus balik lagi dan itu berarti akan menguras energi yang sangat melelahkan.
Sesaat kemudian terdengar suara pintu dibuka dan keluar petugas yang tadi
mengajak saya ke ruangan ini. Lalu ia menghampiri saya dan duduk dikursi tepat didepan saya. “Beruntung pak,
bapak bisa berangkat hari ini juga, kebetulan masih ada seat yang kosong
dan cukup untuk bapak dan keluarga berenam pada penerbangan berikutnya” kata
petugas itu sesaat setelah ia duduk. “ Tiketnya juga tidak hangus, jadi bapak
tidak perlu mengeluarkan biaya lagi”, lanjutnya. Alhamdulillah saya bersyukur
dan mengucapkan terimakasih pada petugas tersebut. Lalu dengan rasa penuh
gembira saya menghampiri istri dan anak-anak yang sedang berharap-harap cemas
menunggu. “ kita bisa berangkat”, Ucapku pada istri. “Nanti jadwalnya jam 12”,
lanjutku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar