Rabu, 31 Maret 2021

TIDAK HANGUS

 Menjelang 2017

 

W

aktu itu kami berangkat selepas shalat subuh. Menurut Perhitungan, meski kami berangkat selepas subuh kami perkirakan masih memiliki waktu yang cukup untuk sampai di Bandara sesuai dengan jadwal.  Namun sangat disayangkan, dalam perjalanan waktu itu mengalami sedikit kemacetan. Ditambah lagi dengan mulai beroperasinya terminal baru di Bandara membuat rute perjalanan menjadi bertambah panjang karena bis harus masuk ke semua terminal, termasuk terminal baru itu. Alhasil kami sampai di bandara dengan waktu yang mepet dengan jadwal penerbangan.

            Begitu turun dari bis, dengan terburu-buru kami langsung menuju ruang check in. Setelah melalui tahapan pemeriksaan, kamipun sudah berada di dalam ruang check in. Namun sangat disayangkan, ternyata hampir semua loket check in penuh dengan antrian calon penumpang.Terpaksa saya pun masuk ke salah satu jalur antrian. Lama sekali menungu, saya mulai resah mengingat waktu yang sudah mendekati jadwal penerbangan. Saya coba lihat-lihat jalur yang lain, kalau-kalau ada yang lebih pendek antriannya. Yah saya lihat ada jalur yang lebih pendek disebelah sana, saya coba menyelinap diantara calon penumpang lainnya untuk menuju antrian itu. Yap, berhasil. Kini saya sudah berada diantrian yang jauh lebih pendek. Tapi, yah ternyata lama juga. Ternyata ada hal lain yang membuat lama mengantri. Bukan hanya banyaknya calon penumpang ternyata, tapi juga prosesnya yang membuat lama. Waduh semakin resah saja.

 Akhirnya tibalah saatnya giliran saya untuk melakukan check in. Sedikit lega ketika sudah berada di depan petugas check in. Tiket dan KTP saya serahkan dengan petugas. Setelah diterima dan dibaca tiketnya, tiba-tiba petugas itu berteriak memanggil temannya yang sedang berada diantara banyaknya calon penumpang. “Ini nih tujuan Bengkulu”, teriak petugas itu kepada temannya sambil menunjuk ke arah saya. Temannya yang dipanggil itu pun datang menghampiri lalu mengambil tiket saya dan mengajak saya ke luar jalur antrian itu. “ Tadi kan sudah disampaikan lewat pengeras suara untuk jalur Bengkulu untuk segera berpindah ke loket sekian (maaf lupa)”, katanya. “maaf saya tidak fokus ke suara”, jawab saya. “ saya tadi lebih fokus menunggu antrian”, sambung saya. Petugas itu kemudian sibuk berkomunikasi dengan petugas lain melalui perangkat komunikasi khusus. Sesaat kemudian dia menyampaikan bahwa pesawatnya sudah siap berangkat dan tidak bisa lagi menunggu penumpang. “terus bagaimana?”, tanya saya. “Sebentar bapak tunggu di sini, saya akan coba bantu bapak. ”, jawab dia. Lalu dia memasuki salah satu pintu diantara deretan pintu yang ada di ruangan check in.

 Sambil menunggu petugas itu kembali keluar, saya menghampiri istri dan anak-anak dan megabarkan bahwa pesawatnya sudah berangkat. Lalu saya mengajak mereka menuju tempat tadi saya diminta menunggu. Tak lama kemudian petugas itu keluar dari dalam ruangan dan mengajak saya ke sebuah ruangan lain yang letaknya agak jauh dari kerumunan calon penumpang yang sedang antri check in. Sebelum pergi mengikuti petugas itu saya minta istri dan anak-anak untuk  mengikuti dari belakang dan berpesan untuk menjaga barang bawaan.

 Sesampainya di sebuah ruangan saya dipersilahkan duduk dan diminta menunggu. Sementara petugas yang mengajak saya tadi memasuki sebuah pintu dalam ruangan itu. Lama juga saya harus menunggu. Rasa khawatir mulai menghinggapi rasa ini. Saya khawatir kalau-kalau tidak bisa melanjutkan perjalanan hari ini. Bagaimana tidak, untuk persiapan keberangkatannya saja sudah cukup panjang dan menguras energi, belum saat perjalanannnya yang juga cukup melelahkan. Kalau misalnya tidak bisa berangkat hari itu berarti kami harus balik lagi dan itu berarti akan menguras energi yang sangat melelahkan. 

Sesaat kemudian terdengar suara pintu dibuka dan keluar petugas yang tadi mengajak saya ke ruangan ini. Lalu ia menghampiri saya dan duduk  dikursi tepat didepan saya. “Beruntung pak, bapak bisa berangkat hari ini juga, kebetulan masih ada seat yang kosong dan cukup untuk bapak dan keluarga berenam pada penerbangan berikutnya” kata petugas itu sesaat setelah ia duduk. “ Tiketnya juga tidak hangus, jadi bapak tidak perlu mengeluarkan biaya lagi”, lanjutnya. Alhamdulillah saya bersyukur dan mengucapkan terimakasih pada petugas tersebut. Lalu dengan rasa penuh gembira saya menghampiri istri dan anak-anak yang sedang berharap-harap cemas menunggu. “ kita bisa berangkat”, Ucapku pada istri. “Nanti jadwalnya jam 12”, lanjutku. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar