Sabtu, 20 Maret 2021

PERJALANAN AKHIR 2019

Tiba di Fatmawati

24 Desember 2019

D

ini hari menjelang subuh kami sudah siap untuk berangkat. Keberangkatan kali ini  tidak seperti biasanya, jika biasanya menggunakan bis Damri, maka kali ini kami mencoba menggunakan jasa angkutan on-line. Sebenarnya secara pribadi saya lebih merasa nyaman menggunakan bis ketimbang mobil kecil, akan tetapi karena pertimbangan waktu maka kami sepakat menggunakan jasa angkutan on-line ini . Benar saja, dengan moda angkutan ini, Alhamdulillah kami bisa lebih cepat sampai di Bandara. Dengan demikian tidak perlu terulang kejadian yang menimpa kami beberapa tahun lalu, dimana waktu itu kami harus ikhlas ketinggalan pesawat.

Baca juga 

 

Begitu sampai di Bandara kami langsung menuju musholla untuk melSayakan shalat subuh. Selesai shalat kami beristirahat sejenak, setelah itu langsung melSayakan check in meskipun jadwal penerbangan masih cukup lama, hal ini dimaksudkan agar kami bisa beristirahat di ruang tunggu keberangkatan. Proses check in lancar karena memang masih sepi dari calon penumpang lain. Dan kami langsung menuju ruang tunggu yang berada di lantai atas. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan kamipun akhirnya sampai diruang tunggu. Di sini lebih nyaman untuk beristirahat. Sambil menunggu jadwal keberangkatan, kami pun membuka bekal yang sudah disiapkan dan menyantapnya bersama-sama.


Menunggu keberangkatan

Beberapa menit menjelang jadwal keberangkatan terdengar pemberitahuan melalui pengeras suara agar penumpang tujuan Bengkulu segera memasuki pesawat. Kamipun segera bergegas untuk segera keluar dari ruangan tunggu dan segera menuju ke pesawat. Dalam pesawat kami duduk berdua-berdua. Saya duduk dengan istri serta si bungsu yang baru menjelang 2 tahun dalam pangkuan istri saya. Sedangkan anak Keempat duduk dengan anak pertama, mereka tepat duduk disamping sebelah tempat duduk yang saya tempati. Sementara anak ketiga duduk dengan anak kedua. Pramugari mulai memperagakan bagaimana cara menggunakan sabuk pengaman, menggunakan gas oksigen, menggunakan pelampung, dan peragaan-peragaan lainnya terkait dengan tindakan keselamatan dalam keadaan darurat.

 

Pesawat mulai bergerak perlahan meninggalkan apron atau pelataran. Ada rasa yang bercampur saat pesawat ini mulai bergerak. Saya tatap anak-anak satu persatu, sepertinya mereka gembira. Ada rasa senang ketika melihat mereka seperti itu. Meski tak bisa dipungkiri sesungguhnya ada rasa khawatir yang sangat pada diri ini. Apalagi saat mesin pesawat mulai menderu kencang saat mengambil ancang-ancang untuk tinggal landas. Saat itu pula jantung ini serasa ikut menderu menyaingi kerasnya deru mesin pesawat. Hanya puji-pujian dan doa yang Saya lantunkan dalam hati agar hati, pikiran dan perasaan ini tenang. Kupejamkan mata ini lalu Kuucap dua kalimah syahadat bergantian dengan ucapan istigfar berkali-kali. Sekali-kali dibarengi dengan doa permohonan diberikan keselamatan dalam perjalanan ini. Hingga akhirnya beberapa saat kemudian Saya merasakan seolah-olah sedang melayang. Lalu ku buka mata ini, lalu ku tatap jendela pesawat. Ku lihat diluar sana gerombolan awan putih begitu indah, sebagian terhempas oleh derasnya laju pesawat. Lalu ku lihat ke arah bawah, terlihat bangunan-bangunan yang tampak mengecil, terlihat juga air lautan yang membiru. Sungguh yang dirasakan tadi ternyata bukanlah seolah-olah, namun pada kenyataanya memang kini saya sedang berada pada ketinggian dan bergerak.

Kurasakan sepertinya pesawat sibuk mengatur posisi dan berusaha mencapai ketinggian tertentu. Kadang meliuk miring kesamping dan berbelok, kadang meliuk naik tenang dan lurus, kadang pula seperti bergoyang dan menimbulkan sedikit guncangan, layaknya didaratan saja ketika kita naik kendaraan mobil atau motor yang melewati lubang atau bongkahan. Ada kira-kira 15 menit berlangsung kejadian seperti itu, hingga akhirnya saya merasakan pesawat sudah tidak sibuk lagi. Kini pesawat terbang dengan tenang dan serasa bergerak perlahan. Dari pengeras suara kru kabin pesawat memberikan informasi bahwa pesawat saat ini berada pada ketinggian xxxx kaki, pesawat akan mendarat pada pukul 08.45 WIB, tidak ada perbedaan waktu antara Bengkulu dan Jakarta, penumpang dipersilahkan membuka sabuk pengaman, dan jika akan ke toilet silahkan menuju bagian depan pesawat, dan informasi-informasi lainnya.

Gumpalan awan putih dengan bentuk yang beraneka macam terlihat nun jauh disana. Birunya air laut yang luas terhampar sesekali menyatu dengan birunya langit, dan sesekali juga terlihat silau karna tersorot matahari. Sementara hijaunya daratan karena ditumbuhi tanaman sesekali tertutup awan, serta sungai yang berkelok-kelok nampak jelas terhubung ke lautan. Semua itu  membuat pemandangan dari atas pesawat menjadi terasa begitu indah. Hati ini tergetar memandang karya yang Maha Agung. Sesaat lamanya saya seolah merasa berada entah di mana. Tapi saat itu saya merasa benar-benar sebagai makhluk yang sangat kecil, makhluk yang tiada daya, makhluk yang tiada artinya,  dan tidak ada apa-apanya. Saya merasa ringan sekali saat itu. Sampai akhirnya saya tersadar oleh suara dari kru kabin pesawat yang memberitahukan bahwa dalam beberapa waktu ke depan pesawat akan segera mendarat dan penumpang diminta untuk kembali mengenakan sabuk pengaman, melipat meja, menegakan sandaran kursi, dan seterusnya.

 

Pesawat mulai terasa sibuk kembali. Gerakannya meliuk kesamping dan menurun memposisikan kearah tertentu. Makin lama pesawat semakin menurun. Sayap pesawat sebagian mulai mengatup menandakan pesawat sedang berusaha mengurangi kecepatannya. Awan mulai bersentuhan dengan badan pesawat dan daratan semakin lama semakin nampak jelas. Rumah-rumah penduduk, jalan serta kendaraan mulai menampakan bentuknya. Ada rasa yang hampir sama yang saya rasakan dengan saat mulai tinggal landas. Saya pun mulai memejamkan mata sambil kembali melantunkan doa seraya mengucap dua kalimah syahadat serta beristigfar. Rasanya laju pesawat teras semakin cepat dalam posisi menurun, dan sampai akhirnya terasa ada benturan dan getaran yang menandakan ban belakang pesawat sudah menyentuh landasan. Getaran berikutnya kembali terasa saat ban depan mulai menyentuh landasan.  Kini kedua bagian ban sudah menyentuh landasan dan itu artinya pesawat sudah benar-benar mendarat. Sampai akhirnya getaran dan suara bising makin lama makin berkurang hingga pada akhirnya hilang sama sekali. Pesawat pun kini bergerak dengan perlahan dan mulai berbelok dan mengarah ke apron Bandara Fatmawati Bengkulu. Ahamdulillah akhirnya kami sampai juga di Bengkulu dengan selamat. Terpancar rasa bahagia dari para penumpang yang mulai menuruni anak tangga pesawat, begitu juga dengan kami.

Sesaat setelah tiba di Fatmawati
 Beberapa saat setelah mendarat kami berjalan menuju tempat mengambil bagasi. Dalam perjalanan itu ada penumpang lain memperhatikan kami. Sekilas Saya seperti mengenalnya. Saya coba mengingat-ingat. Yah akhirnya Saya ingat, dia adalah Arifin, murid waktu saya bertugas di Bengkulu. Fisik dan penampilannya kini sudah jauh berbeda dengan dulu sewaktu masih menjadi murid.(bersambung)

Cerita lainnya: 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar