Tiba di Fatmawati
24 Desember 2019
D |
ini hari menjelang subuh kami sudah siap
untuk berangkat. Keberangkatan kali ini
tidak seperti biasanya, jika biasanya menggunakan bis Damri, maka kali
ini kami mencoba menggunakan jasa angkutan on-line. Sebenarnya secara
pribadi saya lebih merasa nyaman menggunakan bis ketimbang mobil kecil, akan
tetapi karena pertimbangan waktu maka kami sepakat menggunakan jasa angkutan
on-line ini . Benar saja, dengan moda angkutan ini, Alhamdulillah kami bisa
lebih cepat sampai di Bandara. Dengan demikian tidak perlu terulang kejadian
yang menimpa kami beberapa tahun lalu, dimana waktu itu kami harus ikhlas
ketinggalan pesawat.
Baca juga
Begitu sampai di Bandara kami langsung menuju musholla untuk melSayakan shalat subuh. Selesai shalat kami beristirahat sejenak, setelah itu langsung melSayakan check in meskipun jadwal penerbangan masih cukup lama, hal ini dimaksudkan agar kami bisa beristirahat di ruang tunggu keberangkatan. Proses check in lancar karena memang masih sepi dari calon penumpang lain. Dan kami langsung menuju ruang tunggu yang berada di lantai atas. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan kamipun akhirnya sampai diruang tunggu. Di sini lebih nyaman untuk beristirahat. Sambil menunggu jadwal keberangkatan, kami pun membuka bekal yang sudah disiapkan dan menyantapnya bersama-sama.
![]() |
Menunggu keberangkatan |
Beberapa menit
menjelang jadwal keberangkatan terdengar pemberitahuan melalui pengeras suara
agar penumpang tujuan Bengkulu segera memasuki pesawat. Kamipun segera bergegas
untuk segera keluar dari ruangan tunggu dan segera menuju ke pesawat. Dalam
pesawat kami duduk berdua-berdua. Saya duduk dengan istri serta si bungsu yang
baru menjelang 2 tahun dalam pangkuan istri saya. Sedangkan anak Keempat duduk dengan
anak pertama, mereka tepat duduk disamping sebelah tempat duduk yang saya
tempati. Sementara anak ketiga duduk dengan anak kedua. Pramugari mulai
memperagakan bagaimana cara menggunakan sabuk pengaman, menggunakan gas
oksigen, menggunakan pelampung, dan peragaan-peragaan lainnya terkait dengan
tindakan keselamatan dalam keadaan darurat.
Pesawat mulai
bergerak perlahan meninggalkan apron atau pelataran. Ada rasa yang bercampur
saat pesawat ini mulai bergerak. Saya tatap anak-anak satu persatu, sepertinya
mereka gembira. Ada rasa senang ketika melihat mereka seperti itu. Meski tak bisa
dipungkiri sesungguhnya ada rasa khawatir yang sangat pada diri ini. Apalagi
saat mesin pesawat mulai menderu kencang saat mengambil ancang-ancang untuk
tinggal landas. Saat itu pula jantung ini serasa ikut menderu menyaingi
kerasnya deru mesin pesawat. Hanya puji-pujian dan doa yang Saya lantunkan dalam
hati agar hati, pikiran dan perasaan ini tenang. Kupejamkan mata ini lalu
Kuucap dua kalimah syahadat bergantian dengan ucapan istigfar berkali-kali.
Sekali-kali dibarengi dengan doa permohonan diberikan keselamatan dalam
perjalanan ini. Hingga akhirnya beberapa saat kemudian Saya merasakan
seolah-olah sedang melayang. Lalu ku buka mata ini, lalu ku tatap jendela
pesawat. Ku lihat diluar sana gerombolan awan putih begitu indah, sebagian
terhempas oleh derasnya laju pesawat. Lalu ku lihat ke arah bawah, terlihat
bangunan-bangunan yang tampak mengecil, terlihat juga air lautan yang membiru.
Sungguh yang dirasakan tadi ternyata bukanlah seolah-olah, namun pada kenyataanya
memang kini saya sedang berada pada ketinggian dan bergerak.
Kurasakan
sepertinya pesawat sibuk mengatur posisi dan berusaha mencapai ketinggian
tertentu. Kadang meliuk miring kesamping dan berbelok, kadang meliuk naik tenang
dan lurus, kadang pula seperti bergoyang dan menimbulkan sedikit guncangan,
layaknya didaratan saja ketika kita naik kendaraan mobil atau motor yang
melewati lubang atau bongkahan. Ada kira-kira 15 menit berlangsung kejadian
seperti itu, hingga akhirnya saya merasakan pesawat sudah tidak sibuk lagi.
Kini pesawat terbang dengan tenang dan serasa bergerak perlahan. Dari pengeras
suara kru kabin pesawat memberikan informasi bahwa pesawat saat ini berada pada
ketinggian xxxx kaki, pesawat akan mendarat pada pukul 08.45 WIB, tidak ada
perbedaan waktu antara Bengkulu dan Jakarta, penumpang dipersilahkan membuka
sabuk pengaman, dan jika akan ke toilet silahkan menuju bagian depan pesawat,
dan informasi-informasi lainnya.
Gumpalan awan
putih dengan bentuk yang beraneka macam terlihat nun jauh disana. Birunya air
laut yang luas terhampar sesekali menyatu dengan birunya langit, dan sesekali
juga terlihat silau karna tersorot matahari. Sementara hijaunya daratan karena
ditumbuhi tanaman sesekali tertutup awan, serta sungai yang berkelok-kelok
nampak jelas terhubung ke lautan. Semua itu membuat pemandangan dari atas pesawat menjadi
terasa begitu indah. Hati ini tergetar memandang karya yang Maha Agung. Sesaat
lamanya saya seolah merasa berada entah di mana. Tapi saat itu saya merasa
benar-benar sebagai makhluk yang sangat kecil, makhluk yang tiada daya, makhluk
yang tiada artinya, dan tidak ada
apa-apanya. Saya merasa ringan sekali saat itu. Sampai akhirnya saya tersadar
oleh suara dari kru kabin pesawat yang memberitahukan bahwa dalam beberapa
waktu ke depan pesawat akan segera mendarat dan penumpang diminta untuk kembali
mengenakan sabuk pengaman, melipat meja, menegakan sandaran kursi, dan
seterusnya.
Pesawat mulai terasa sibuk kembali. Gerakannya meliuk kesamping dan menurun memposisikan kearah tertentu. Makin lama pesawat semakin menurun. Sayap pesawat sebagian mulai mengatup menandakan pesawat sedang berusaha mengurangi kecepatannya. Awan mulai bersentuhan dengan badan pesawat dan daratan semakin lama semakin nampak jelas. Rumah-rumah penduduk, jalan serta kendaraan mulai menampakan bentuknya. Ada rasa yang hampir sama yang saya rasakan dengan saat mulai tinggal landas. Saya pun mulai memejamkan mata sambil kembali melantunkan doa seraya mengucap dua kalimah syahadat serta beristigfar. Rasanya laju pesawat teras semakin cepat dalam posisi menurun, dan sampai akhirnya terasa ada benturan dan getaran yang menandakan ban belakang pesawat sudah menyentuh landasan. Getaran berikutnya kembali terasa saat ban depan mulai menyentuh landasan. Kini kedua bagian ban sudah menyentuh landasan dan itu artinya pesawat sudah benar-benar mendarat. Sampai akhirnya getaran dan suara bising makin lama makin berkurang hingga pada akhirnya hilang sama sekali. Pesawat pun kini bergerak dengan perlahan dan mulai berbelok dan mengarah ke apron Bandara Fatmawati Bengkulu. Ahamdulillah akhirnya kami sampai juga di Bengkulu dengan selamat. Terpancar rasa bahagia dari para penumpang yang mulai menuruni anak tangga pesawat, begitu juga dengan kami.
![]() |
Sesaat setelah tiba di Fatmawati |
Cerita lainnya:
- Catatan Kecil Dari Puri Begawan
- Ketinggalan Pesawat
- Via Cikaracak (Bagian 1)
- Via Cikaracak (Bagian 2)
- Ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar